Pendahuluan
Dibalik lancarnya proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, terdapat satu instalasi penting yang sering kali luput dari perhatian masyarakat umum, yaitu CSSD (Central Sterile Supply Department/Instalasi Sterilisasi Pusat). Meski jarang terdengar namanya, CSSD adalah jantung tersembunyi rumah sakit. Di sanalah semua alat dan bahan medis diproses hingga steril, agar aman digunakan untuk setiap pasien.
Dalam dunia kesehatan, CSSD adalah tulang punggung sterilisasi alat kesehatan yang berperan besar dalam menjaga keselamatan pasien dan kualitas layanan kesehatan. Tanpa CSSD yang optimal, risiko infeksi silang dan penularan penyakit dapat meningkat secara signifikan.
Menurut World Health Organization (WHO), infeksi terkait pelayanan kesehatan (Healthcare-Associated Infections/HAIs) menjadi salah satu tantangan utama di fasilitas kesehatan, yang salah satu penyebab utamanya adalah kurang optimalnya proses sterilisasi alat kesehatan. Oleh karena itu, keberadaan CSSD yang dikelola secara profesional sangatlah penting.
CSSD bukan hanya sekadar “ruang cuci alat”, melainkan pusat kendali mutu sterilisasi dan kendali biaya yang harus mengikuti standar prosedur operasional (SPO) ketat dan diawasi oleh tenaga profesional terlatih.
Mengenal CSSD
CSSD adalah Instalasi penunjang di rumah sakit yang bertugas melakukan pengelolaan sterilisasi alat dan bahan medis. Instalasi ini memiliki tugas utama memastikan bahwa seluruh alat dan bahan medis yang digunakan dalam prosedur perawatan pasien benar-benar bebas dari mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan infeksi.
Kegiatan yang dilakukan di CSSD meliputi proses penerimaan, pencucian, pengemasan, sterilisasi, penyimpanan, hingga distribusi ke ruangan pengguna.
Dengan kata lain, CSSD memiliki peran sebagai “pabrik kecil” dalam rumah sakit yang menghasilkan produk dengan jaminan steril.
Secara struktur ruangan, CSSD terdiri dari beberapa area utama, antara lain:
Area Kotor
Tempat alat-alat bekas pakai dikumpulkan sebelum dilakukan proses pembersihan dan pencucian.
Area Bersih
Area untuk melakukan penerimaan alat dan bahan bersih serta pengemasan alat sebelum disterilkan.
Area Steril
Tempat penyimpanan alat dan bahan yang telah disterilkan sebelum didistribusikan kembali ke ruang pengguna.
Pentingnya CSSD
- Mencegah Infeksi Silang
Salah satu risiko terbesar dalam tindakan medis adalah infeksi nosokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit). Alat dan bahan medis yang tidak steril bisa menjadi media penularan bakteri, virus, atau jamur bagi pasien, oleh karena itu CSSD hadir untuk mengatasi masalah ini. - Mendukung Keselamatan Pasien
Penggunaan alat dan bahan medis steril merupakan standar internasional dalam keselamatan pasien. WHO menekankan pentingnya pencegahan dan pengendalian infeksi sebagai prioritas utama dalam pelayanan kesehatan. - Menunjang Mutu Layanan
Rumah sakit dengan CSSD yang baik akan lebih dipercaya masyarakat, karena mampu memberikan pelayanan dengan risiko komplikasi infeksi yang minimal. Mengurangi risiko komplikasi
Dengan dapat dicegahnya infeksi nosokomial akan mengurangi risiko komplikasi pada pasien dan mempercepat pemulihan, sehingga dapat menekan biaya

Proses Kerja
CSSD memiliki alur kerja yang jelas, dengan prinsip satu arah (one way flow): dari kotor → bersih → steril.
- Penerimaan
Alat dan bahan yang sudah digunakan di ruang pengguna dikirim ke CSSD dengan menggunakan wadah tertutup rapat. Hal ini bertujuan untuk mencegah kontaminasi silang selama proses transportasi menuju CSSD. - Pembersihan dan Dekontaminasi
Alat-alat yang telah sampai di CSSD akan melalui proses pembersihan. Pada tahap ini, sisa darah, jaringan, atau cairan tubuh lainnya harus dibersihkan secara menyeluruh. Proses pembersihan dilakukan dengan cara manual maupun mesin ultrasonic washer, menggunakan deterjen enzimatik. Petugas menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap untuk melindungi diri. - Pengemasan
Setelah dicuci, alat diperiksa satu per satu untuk memastikan tidak ada kerusakan atau kotoran yang tersisa. Jika alat terdiri dari beberapa bagian, maka perlu dirakit sesuai petunjuk, kemudian disusun dan dikemas dengan bahan khusus tahan panas atau tahan gas sebelum masuk ke tahap sterilisasi. - Sterilisasi
Metode sterilisasi bisa berbeda, tergantung jenis alat:
Sterilisasi uap panas (Autoclave)
Menggunakan uap panas bertekanan tinggi pada suhu 121–134°C selama 15–30 menit. Metode ini efektif untuk sebagian besar alat kesehatan berbahan logam.
Sterilisasi Dry Heat (panas kering)
Menggunakan udara panas kering pada suhu 160–180°C selama 1–2 jam, cocok untuk alat tertentu.
Sterilisasi suhu rendah
Sterilisasi ethylene oxide (EO) untuk alat yang tidak tahan panas,
Sterilisasi plasma gas/ hydrogen peroksida. Teknologi terbaru yang ramah lingkungan dan cepat, namun biayanya relatif mahal untuk bahan plastik
Sterilisasi ozon, digunakan utuk berbagai bahan stainless steel, titanium, alumunium, keramik, kaca, silica, PVC, teflon, silicon, polipropilene dan akrilik
Sterilisasi LTSF/Low Temperature Steam Formaldehyde, digunakan untuk peralatan tidak tahan panas tapi tahan terhadap kelembapan.
- Penyimpanan
Alat yang telah disterilkan harus disimpan di ruangan khusus yang bersih dan memiliki kontrol kelembapan, suhu dan masa berlaku. Penyimpanan dilakukan dengan sistem FIFO (First In First Out) agar alat yang lebih dulu disterilkan digunakan terlebih dahulu. - Distribusi
Alat dan bahan steril kemudian dikirim kembali ke ruang pengguna sesuai permintaan dan harus tercatat dengan baik untuk memudahkan pelacakan jika terjadi masalah.
Standar dan Regulasi CSSD di Indonesia
Keberadaan CSSD diatur oleh berbagai regulasi, antara lain:
Undang-Undang No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan.
Permenkes No. 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.
Kepmenkes No. HK.01.07/MENKES/1596/2024 tentang STARKES (Standar Akreditasi Rumah Sakit) yang menekankan pentingnya PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi).
Permenkes No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
WHO Guidelines on Sterilization yang menjadi acuan global.
Joint Commission International (JCI), standar akreditasi internasional.
Tantangan CSSD di Rumah Sakit
- Keterbatasan Fasilitas
Tidak semua rumah sakit daerah memiliki mesin sterilisasi modern seperti plasma gas atau ETO. Banyak yang masih bergantung pada autoclave. - Sumber Daya Manusia (SDM)
Petugas CSSD sering dianggap “pekerja belakang layar” sehingga kurang diperhatikan dalam pelatihan. Padahal, kompetensi mereka sangat menentukan hasil sterilisasi, namun tidak semua fasilitas kesehatan mampu menyediakan pelatihan rutin. Tingginya beban kerja juga sering membuat proses sterilisasi menjadi kurang optimal. - Kesadaran Mutu
Kadang masih ada anggapan bahwa sterilisasi hanya “mencuci alat”. Padahal, CSSD adalah bagian integral dari sistem mutu rumah sakit. Resiko Infeksi Silang
Infeksi silang masih menjadi momok di banyak rumah sakit, terutama akibat kelalaian dalam proses sterilisasi. Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2021 menunjukkan bahwa sekitar 8% pasien rawat inap di Indonesia mengalami infeksi nosokomial, sebagian besar terkait dengan alat kesehatan yang tidak steril.
Manajemen Logistik
Mengelola ribuan alat kesehatan dengan berbagai jenis dan ukuran bukan perkara mudah. Kesalahan dalam pencatatan atau distribusi dapat menyebabkan kekurangan alat steril di unit pelayanan, bahkan berpotensi menimbulkan insiden keselamatan pasien.
Kepatuhan SPO
Disiplin dalam menerapkan SPO adalah kunci utama suksesnya CSSD. Namun, dalam praktiknya, pelanggaran SPO masih sering terjadi, baik karena faktor manusia maupun keterbatasan sarana prasarana.
Inovasi dan Trend Terkini Dalam CSSD
Seiring perkembangan teknologi, pengelolaan CSSDpun ikut bertransformasi. Berikut beberapa inovasi dan trend yang mulai diadopsi oleh fasilitas kesehatan modern:
Otomatisasi Proses Sterilisasi
Penggunaan mesin-mesin otomatis seperti washer-disinfector dan autoclave generasi terbaru dapat meningkatkan efisiensi dan konsistensi hasil sterilisasi. Mesin-mesin ini dilengkapi sensor dan alarm yang akan memberi tahu jika terjadi kegagalan proses.
Digitalisasi Dokumentasi
Beberapa rumah sakit besar di Indonesia sudah mulai mengadopsi sistem digital untuk pencatatan proses sterilisasi. Dengan demikian, riwayat setiap alat dapat dilihat secara real-time, memudahkan audit internal maupun eksternal.
Penggunaan Indikator Biologis dan Kimiawi
Indikator ini digunakan untuk memastikan bahwa proses sterilisasi benar-benar efektif. Indikator biologis, misalnya, mengandung spora bakteri yang akan mati jika proses sterilisasi berjalan sempurna.
Pelatihan Berbasis E-Learning
Dengan adanya platform e-learning, pelatihan petugas CSSD dapat dilakukan secara fleksibel dan berkelanjutan. Materi pelatihan pun selalu diperbarui sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.
Green Technology
Beberapa inovasi sterilisasi kini mengedepankan prinsip ramah lingkungan, seperti penggunaan plasma hidrogen peroksida yang minim limbah dan emisi.Evidence Based
Evidence based (berbasis bukti) CSSD digunakan untuk memastikan bahwa praktik atau kebijakan CSSD didasarkan pada data penelitian yang valid dan relevan.
Tips Meningkatkan Efektifitas CSSD
Bagi fasilitas kesehatan yang ingin meningkatkan performa CSSD, berikut beberapa tips praktis yang dapat diterapkan:
- Rutin Melakukan Pelatihan SDM. Pelatihan berkala bagi petugas CSSD sangat penting untuk memastikan mereka selalu update dengan SPO terbaru dan teknologi terkini.
- Terapkan SPO Secara Konsisten. Pastikan seluruh proses, mulai dari pengumpulan hingga distribusi alat, mengikuti SPO yang berlaku. Lakukan audit internal secara rutin untuk mengidentifikasi potensi pelanggaran.
- Optimalkan Penggunaan Teknologi. Meski belum semua rumah sakit mampu mengadopsi sistem digital canggih, penggunaan aplikasi sederhana untuk pencatatan dan monitoring alat sudah sangat membantu.
- Kolaborasi Antar Departemen. CSSD tidak bisa bekerja sendiri. Kolaborasi dengan unit perawatan, farmasi, dan manajemen sangat diperlukan untuk memastikan kebutuhan alat steril selalu terpenuhi.
- Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan. Lakukan evaluasi rutin terhadap proses kerja CSSD dan terbuka terhadap masukan dari seluruh tim. Jangan ragu untuk mencoba inovasi baru yang dapat meningkatkan mutu layanan.
Peran CSSD dalam Keselamatan Pasien
CSSD bukan hanya Intalasi teknis, tetapi petugas garda depan dalam menjaga keselamatan pasien. Seperti kata pepatah medis: “Prevention is better than cure.” Pencegahan infeksi melalui sterilisasi jauh lebih murah dan efektif daripada mengobati infeksi yang sudah terjadi.
“CSSD memiliki peran tersembunyi dari keselamatan pasien. Walau bekerja di belakang layar dan tidak nampak, namun hasilnya mampu menyelamatkan banyak nyawa manusia.”
“Setiap instrumen steril yang sampai ke meja operasi adalah bukti kesetiaan CSSD menjaga keselamatan pasien.”
Peran Masyarakat
Masyarakat yang berada di rumah sakit sebagai pasien, keluarga, maupun pengunjung, bisa ikut memberikan kritikan terkait pelayanan CSSD yang lebih baik dan trasparansi.
Masyarakat bisa mempertanyakan prosedur sterilisasi di rumah sakit.
Masyarakat harus memperhatikan setiap alat medis yang akan digunakan pada pasien harus terlihat bersih, tertutup, masih tersegel dan belum kedaluarsa.
Masyarakat bisa menyampaikan kriik dan sarannya untuk mendorong rumah sakit selalu menjaga mutu dan transparansi.
Refleksi: CSSD, Tokoh di belakang layar kamar operasi
Jika kamar operasi adalah tokoh utama, maka CSSD adalah tokoh di belakang layar yang tidak terlihat tetapi selalu terlibat dalam menentukan keberhasilan tindakan operasi. Tidak ada tepuk tangan, sorotan lampu dan kamera, apalagi pujian tetapi selalu bekerja nyata, karena setiap alat dan bahan steril yang sampai ke meja operasi adalah hasil kerja keras CSSD.
“Keselamatan pasien tidak hanya ditentukan oleh keahlian dokter dan perawat, tetapi juga oleh ketelitian petugas CSSD yang memastikan setiap alat bebas dari kuman.”
Penutup
CSSD (Central Sterile Supply Department/Instalasi Sterilisasi Pusat) adalah bukti bahwa keselamatan pasien adalah kerja kolektif. Ia mengajarkan kita bahwa dalam dunia kesehatan, tidak ada peran yang kecil. Setiap bagian, termasuk yang tidak terlihat di mata masyarakat, memiliki makna besar dalam menjaga hidup manusia.
Bagai benteng terakhir sebelum alat kesehatan kembali digunakan, CSSD harus dijaga integritas dan profesionalismenya. Dengan komitmen bersama, pelatihan berkelanjutan, serta adopsi inovasi yang tepat, CSSD dapat menjadi ujung tombak transformasi layanan kesehatan di rumah sakit.
Dengan memperkuat Instalasi CSSD, rumah sakit bukan hanya mencegah terjadinya infeksi nosokomial dan meningkatkan mutu layanan dan keselamatan pasien, tetapi juga menjaga reputasi rumah sakit serta kepercayaan masyarakat bahwa setiap tindakan medis yang dilakukan benar-benar aman.
“CSSD mengajarkan kita bahwa peran kecil sekalipun dapat memberi arti besar bagi kehidupan.”
Referensi
Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No. 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.
Standar Akreditasi Rumah Sakit (SNARS). Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Kementerian Kesehata RI. Jakarta, 2022
World Health Organization (WHO). Decontamination and Reprocessing of Medical Devices for Health-care Facilities. Geneva: WHO Press, 2016.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Guidelines for Disinfection and Sterilization in Healthcare Facilities. Atlanta: CDC, 2019.
Perkumpulan Praktisi Sentral Sterilisasi Indonesia. Pedoman Pelayanan Sterilisasi Sentral di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Edisi II. Jakarta, 2023.
*Penulis adalah Kepala Instalasi CSSD RSUD dr. M. Haulussy Ambon.