hero-header

RSUD dr. M. Haulussy Ambon

Parkinson: Jiwa yang Terperangkap dalam Tubuh yang Kaku

 

Pernahkah Anda melihat seseorang yang tangannya bergetar tanpa sebab? Atau mungkin seseorang yang jalannya semakin lambat dan kaku? Bisa jadi itu adalah gejala penyakit Parkinson, sebuah gangguan pada sistem saraf yang memengaruhi gerakan tubuh.  

 

Penyakit ini berkembang secara bertahap dan sering kali dimulai dengan tanda-tanda ringan sebelum semakin memburuk. Meski belum ada obat yang bisa menyembuhkannya, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengelola gejalanya agar penderita tetap bisa menjalani hidup dengan nyaman.  

 

Apa Itu Penyakit Parkinson?

Parkinson terjadi karena berkurangnya produksi dopamin di otak, khususnya di bagian yang disebut substantia nigra. Dopamin ini ibarat "pelumas" yang membantu otak mengontrol gerakan tubuh. Kalau jumlahnya berkurang, komunikasi antara otak dan otot jadi terganggu, sehingga muncul berbagai gejala khas Parkinson seperti tremor, kekakuan otot, dan gerakan yang melambat.  

 

Sejarah

Penyakit ini pertama kali dikenali oleh dr. James Parkinson pada tahun 1817 melalui tulisannya “An Essay on the Shaking Palsy”. Ia menggambarkan gejala khas seperti tremor (gemetar), kekakuan otot, bradikinesia (pergerakan lambat), dan gangguan keseimbangan yang kini menjadi ciri utama Parkinson.

 

Gejala Penyakit Parkinson

Gejala Parkinson bisa dibagi menjadi dua kategori utama: gejala motorik (yang berhubungan dengan gerakan) dan gejala non-motorik (yang berhubungan dengan hal lain di luar gerakan).  

 

Gejala Motorik:

  • Tremor  – Getaran pada tangan, kaki, atau bagian tubuh lainnya saat sedang beristirahat.  
  • Kekakuan otot  – Otot terasa kaku dan sulit digerakkan.  
  • Gerakan melambat (bradikinesia)  – Aktivitas sehari-hari seperti berjalan atau mengancing baju jadi lebih lambat.  
  • Gangguan keseimbangan  – Kesulitan menjaga postur tubuh, yang bisa meningkatkan risiko jatuh.  

 

Gejala Non-Motorik: 

  • Gangguan tidur  – Sulit tidur atau mengalami mimpi yang sangat nyata.  
  • Masalah pencernaan  – Sering mengalami sembelit.  
  • Gangguan berpikir  – Kesulitan mengingat atau berpikir jernih.  
  • Gangguan mood  – Depresi dan kecemasan sering dialami oleh penderita.  

 

Apa Penyebab Parkinson? 

Penyebab pasti Parkinson belum sepenuhnya diketahui, tapi ada beberapa faktor yang diduga berperan:  

 

  • Faktor genetik  – Ada beberapa mutasi gen yang bisa meningkatkan risiko Parkinson, meski sebagian besar kasus tidak diwariskan.  
  • Faktor lingkungan  – Paparan zat kimia seperti pestisida bisa meningkatkan risiko terkena Parkinson.  
  • Stres oksidatif  – Ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh bisa merusak sel saraf.  

 

Seberapa Banyak Penderita Parkinson?  

Menurut data yang tersedia, prevalensi Parkinson di Indonesia diperkirakan sekitar 100–200 kasus per 100.000 orang. Angka ini terus meningkat seiring bertambahnya jumlah lansia.  

 

Menurut data global, prevalensi Parkinson pada usia di atas 60 tahun sekitar 1%, dan meningkat menjadi 3% pada usia di atas 80 tahun. Proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penderita Parkinson akan meningkat drastis, diperkirakan mencapai lebih dari 20 juta orang pada tahun 2050 akibat penuaan populasi global.

Bagaimana Mengobati Parkinson? 

Meskipun belum ada obat yang bisa menyembuhkan Parkinson, ada beberapa cara untuk mengelola gejalanya:  

 

1. Obat-obatan

  • Levodopa  – Obat utama yang digunakan untuk meningkatkan kadar dopamin di otak.  
  • Agonis dopamin  – Obat yang meniru efek dopamin di otak.  
  • Inhibitor MAO-B  – Membantu memperlambat pemecahan dopamin.  

 

2. Terapi Fisik dan Okupasi 

  • Latihan fisik bisa membantu meningkatkan keseimbangan dan mobilitas.  
  • Terapi okupasi membantu pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari.  

 

3. Deep Brain Stimulation (DBS)  

Prosedur bedah yang melibatkan pemasangan elektroda di otak untuk membantu mengontrol gejala Parkinson.  

 

4. Perubahan Gaya Hidup  

Pola makan sehat dan olahraga teratur bisa membantu memperlambat perkembangan penyakit.  

Senam otak dan aktivitas sosial bisa meningkatkan fungsi kognitif.  

 

5. Pola Makan yang Baik untuk Penderita Parkinson

Meskipun makanan tidak bisa menyembuhkan Parkinson, pola makan yang tepat bisa membantu mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Berikut beberapa rekomendasinya:  

  • Diet berbasis tanaman  – Banyak makan sayur, buah, dan biji-bijian bisa membantu mengurangi peradangan di otak.  
  • Makanan probiotik  – Yogurt, kimchi, dan kefir bisa mendukung kesehatan usus, yang ternyata berhubungan dengan fungsi otak.  
  • Asupan protein yang seimbang  – Protein penting, tapi kalau dikonsumsi berlebihan bisa mengganggu efektivitas obat Parkinson seperti levodopa.  
  • Serat dan air yang cukup  – Penderita Parkinson sering mengalami sembelit, jadi penting untuk banyak makan sayuran hijau dan minum air yang cukup.  

 

Harapan Baru: Perkembangan Terbaru dalam Penelitian Parkinson

Kabar baiknya, penelitian tentang Parkinson terus berkembang! Berikut beberapa terobosan terbaru yang bisa memberi harapan bagi penderita:  

  • Terapi sel punca  – Penelitian menunjukkan bahwa transplantasi sel punca dopaminergik ke otak bisa membantu menggantikan sel yang rusak akibat Parkinson.  
  • Vaksin Parkinson  – Studi baru mengembangkan vaksin yang bisa melatih sistem kekebalan tubuh untuk menyerang protein abnormal yang berperan dalam Parkinson.  
  • Hubungan Parkinson dengan mikrobioma usus  – Penelitian menunjukkan bahwa perubahan bakteri di usus bisa menjadi tanda awal memburuknya gejala Parkinson.  
  • AI (Artificial Intelligence) dalam diagnosis Parkinson  – Teknologi kecerdasan buatan kini digunakan untuk menganalisis perubahan mikrobioma dan membantu dalam diagnosis dini Parkinson.  
  • Pendanaan besar untuk penelitian Parkinson  – Yayasan Michael J. Fox telah menginvestasikan lebih dari 30 triliun dalam penelitian Parkinson, menghasilkan lebih dari 150 uji klinis dan 20 terapi baru.  

 

Dengan adanya kemajuan ini, harapan untuk menemukan terapi yang lebih efektif bagi penderita Parkinson semakin besar.  

 

Penutup 

Ungkapan "jiwa yang terperangkap dalam tubuh yang kaku" sering digunakan untuk menggambarkan penderitaan yang dialami oleh orang dengan Parkinson. Penyakit ini tidak hanya mempengaruhi gerakan tubuh, tetapi juga menyulitkan penderita dalam mengekspresikan diri. Otak mereka tetap bekerja, mereka masih bisa berpikir dan merasakan, tetapi tubuh tidak lagi merespons dengan leluasa. Tremor, kekakuan, dan lambatnya gerakan membuat aktivitas sederhana - seperti berjalan, berbicara, atau bahkan tersenyum menjadi tantangan besar.

Banyak penderita merasa seolah-olah kesadaran dan identitas mereka tetap utuh, tetapi mereka tidak bisa menunjukkan atau merespons seperti dulu. Hal yang sering menyebabkan frustrasi dan perasaan terisolasi, seolah-olah mereka "terjebak" di dalam tubuh yang tidak lagi bisa bergerak bebas.

Meskipun demikian, dengan terapi yang tepat, dukungan keluarga, serta kemajuan dalam penelitian, banyak penderita Parkinson yang tetap bisa menjalani kehidupan yang bermakna dan penuh harapan untuk tetap bisa menjalani hidup dengan nyaman.

"Jiwa tetap bersemangat, meski tubuh enggan bergerak. Parkinson bukan akhir, melainkan awal perjalanan untuk menemukan kekuatan dalam ketabahan.

 

Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala Parkinson, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis saraf. Semakin cepat didiagnosis, semakin baik penanganannya!  

 

All rights Reserved © RSUD dr. M. Haulussy Ambon, 2024

Made with   by  RSUD dr. M. Haulussy Ambon